Apakah Mulia?
 |
Gamabar dibuat AI Puisi "Apakah Mulia?" |
Setelah matahari terbit lagi, aku jadi terpikir
"Apa puisiku yang lalu pantas?"
Menghina pejabat sendiri "tak pantas"
Apa yang kulakukan, sebuah kemuliaan yang mutakhir?
Kubayangkan diriku dalam posisi mereka
Lalu muncul sebuah tanya
"Apa aku tak'kan sebejad mereka?"
"Bukankah aku menulis itu karena mencari dana?"
Sinar matahari selalu menimbulkan bayang, pikirku
Jika aku mencaci mereka dengan alasan, kemuliaan
Sementara dibalik bayangan...
Aku mencari uang
Jadi... apa yang benar dan bagaimana?
Dibalik sinar ada bayang
Tapi terkadang, realita kemenangan butuh uang
Perang butuh uang, dan terkadang misi sucipun begitu
Kotak amalpun muncul karena alasan itu
Di balik kotak amal, terksorot cahaya... pastilah berbayang
Realitanya semua kebaikan, pasti ada dorongan
Entah finansial, nilai yang memang mulia, atau apapun
Tapi terlepas dari dorongan apa, jika melaju tuk kebaikan
Itu tetap baik dan bisa disebut "MULIA" dalam definisinya
Struktur Sinar Pagi dari Puisi "Apakah Mulia?"
Deskripsi Puisi "Apakah Mulia?"
Puisi ini adalah sebuah renungan filosofis yang dalam tentang dilema moral seorang penulis saat berkarya. Penulis mempertanyakan motivasi di balik tulisannya, khususnya saat mengkritik pihak lain, dan bergulat dengan pemikiran apakah niat mulia bisa bercampur dengan dorongan finansial. Melalui metafora "sinar dan bayang", puisi ini mengeksplorasi kompleksitas integritas dan realitas bahwa seringkali, di balik tindakan baik, ada berbagai dorongan yang melatarinya, namun pada akhirnya menegaskan bahwa selama tujuan akhirnya adalah kebaikan, tindakan itu tetap dapat disebut "mulia".
Hangat Cahaya Puisi "Apakah Mulia?"
Pesan Puisi "Apakah Mulia?"
Puisi ini menyampaikan pesan mendalam tentang kompleksitas dan dilema moral yang sering dihadapi oleh individu, khususnya penulis, ketika menciptakan sesuatu yang dianggap "baik" atau "mulia". Penulis mengajak kita untuk merenungkan motivasi di balik setiap tindakan, mempertanyakan apakah niat murni dapat berdampingan dengan dorongan pragmatis seperti finansial. Namun, pada akhirnya puisi ini menawarkan pandangan yang menenangkan: terlepas dari segala "bayangan" atau dorongan di baliknya, jika suatu tindakan pada akhirnya mengarah pada kebaikan, maka ia tetap layak disebut "mulia."
Akar Dilema Penulis dalam Puisi "Apakah Mulia?"
Puisi yang dibuat pada 31 Mei 2025/ https://keinginantulis27.blogspot.com/2025/05/puisi-esai-tertawalah-selagi-bisa.html menjadi alasan Penulis membuat puisi ini.
#RefleksiDiri, #MotivasiMenulis, #EtikaPenulis, #DilemaMoral, #SinarDanBayang, #KaryaSeni, #Integritas, #PuisiFilosofi, #KonflikBatin, #LiterasiIndonesia
Komentar
Posting Komentar