Buat Manusia Tidak Ada yang Gratis
 |
Gambar dibuat AI Puisi "Buat Manusia Tidak Ada yang Gratis" |
Keindahan bintang jatuh, sebuah paradoks yang mengerikan
Tak'kan terbayang berapa ratus jiwa yang akan melayang
Tapi tuhan yang maha baik telah memberikan perlindungan
Lapisan atmosfer, sang pahlawan
Dan perlu diingat, itu "gratisan"
Ekonomi sulit, melilit leher sampai tercekik
Manusia memodalkan, apa-apa yang seharusnya digratiskan
Limpahan rahmat di bawah kaki misalkan, dan bayangkan
Air mengalir disetiap injakkan tanah, tapi secara bias dimiliki sebagian golongan
Apa-apa sekarang harus jadi uang...
Karena ngakunya butuh uang
Pedih, realita zaman sekarang
Buang air besarpun harus ditebus dengan uang
Untunglah ada Tuhan
Ia berikan ketenangan, dari pelitnya manusia sekarang
Andaikan nafas Ia jadikan ladang cuan...
Pastilah kita lebih miskin dari sekarang
Atmosfer dan keindahan bintang jatuh adalah rahmat
Dan air yang dikomersialkan, itu adalah kejahatan
Dan buang air besar komersial, itu realita zaman sekarang
"Menyedihkan"
Penjelasan Gratis dalam Puisi "Buat Manusia Tidak ada yang Gratis
Deskripsi Puisi "Buat Manusia Tidak ada yang Gratis"
Deskripsi Puisi
Puisi "Buat Manusia Tidak ada yang Gratis" adalah sebuah kritik sosial yang tajam terhadap komersialisasi hal-hal yang seharusnya menjadi hak dasar dan anugerah alam. Puisi ini membuka dengan metafora bintang jatuh dan perlindungan atmosfer sebagai rahmat gratisan dari Tuhan, lalu beralih pada realitas pahit di mana kebutuhan esensial manusia seperti air bersih hingga buang air besar pun telah dimodalkan dan dijadikan lahan bisnis. Dengan nada yang pedih dan menyedihkan, puisi ini menyoroti kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat modern, sembari tetap menegaskan bahwa di tengah kegelapan ini, keberadaan Tuhan dan anugerah-Nya masih menjadi sumber ketenangan yang tak ternilai harganya.
Kenikmatan Tuhan yang Gratis dalam Puisi "Buat Manusia Tidak ada yang Gratis"
Pesan Puisi "Buat Manusia Tidak Ada yang Gratis"
Puisi ini menyampaikan pesan utama tentang ironi dan ketidakadilan dari komersialisasi kebutuhan dasar manusia, yang seharusnya menjadi anugerah gratisan. Penulis menggarisbawahi bahwa di tengah kesulitan ekonomi, manusia justru memonetisasi hal-hal esensial seperti air hingga hak untuk buang air, yang pada dasarnya adalah anugerah Tuhan. Puisi ini merupakan kritik keras terhadap keserakahan dan egoisme yang mengorbankan kesejahteraan bersama demi keuntungan pribadi, sekaligus menjadi pengingat bahwa rahmat Tuhan yang tak ternilai, seperti atmosfer dan napas, adalah satu-satunya hal yang masih murni dan gratis.
Baca puisi lainnya seperti, puisi "Kehilangan Suara" di: https://keinginantulis27.blogspot.com/2025/06/puisi-kehilangan-suara.html
#PuisiSosial, #KomersialisasiHakDasar, #KritikSosial, #AnugerahTuhan, #RealitaKehidupan, #PuisiIndonesia, #RenunganHidup, #KeadilanSosial, #MaknaHidup, #EkonomiSulit
Komentar
Posting Komentar