Langsung ke konten utama

Unggulan

Puisi "Tanda Telunjuk"

 Tanda Telunjuk Menulis, bukanlah sebuah paksaan Tapi, hidup memaksa manusia mengikuti aturan Sehebat, apapun telunjuk kekuasaan tetap menunjuk Kebangkitan, dan kematian menjadi petunjuk Telunjuk-telunjuk, hiudup dalam 2 tekanan Telunjuk, penguasa dan kekuasaan Perintah, memiliki kekuatan yang bisa memaksakan Penguasa, selalu tak suka perintahnya dipatahkan Telunjuk-telunjuk, memiliki kesamaan Tetapi, beda dalam artian Perintah, telunjuk ilahi yang Disucikan Kuat, dalam perintah bagai kepercayaan Cara Baca Puisi "Tanda Telunjuk" Untuk meningkatkan sensai membaca puisi ini, coba geser tanda koma dengan aturan berikut: 1. Setiap bait memiliki baris yang dihitung dari 1 dampai empat 2. Geser tanda koma sesuai baris dimana tanda koma itu berada ke dalam nomor kata yang sama nomor baris, contoh: bila tanda koma berada di baris kedua, maka geser tanda koma ke kata nomor 2. Penulis Puisi "Tanda Telunjuk" Nama: Angga Nur Salim Dibuat pada: Rabus, 23 Juli 2025, kota Bandung,...

Puisi "Bukan Sekedar Patung"

 Bukan sekedar Patung

Gambar dibuat oleh AI
Puisi "Bukan Sekedar Patung"
Ir. H. Djuanda, itulah namaku
Sebuah nama yang fana, namun abadi dalam makna
Jasadku telah lama mati dikunyah waktu
Tapi visiku termaktub abadi, dalam patung ir. H. Djuanda

Dari tangan belanda sampai tahun delapan lima
Hutan lindung di Bandung telah memilihku
Menjadi perwakilan yang membisu...
Menjadi patung, Ir. H. Djuanda

40 tahun kakiku yang kaku telah beridiri
80 musim telah kulewati
Tanah gersang yang bermanfaat
Dan banjir berkah yang tak pernah surut

Itu adalah buah dari visiku
Memetik buah tanpa meracuni tanah
Dan darii nilai inilah, alam tak marah
Dari nilai inilah, hubungan si mahluk sosial tak kacau

Seekor rusa sarapan dengan daun
Seekor harimau, tidur nyenyak di atas daun-daun
Si mahluk sosial hidup nyaman di perkotaan, dan...
Sangatlah kacau, bila tanah terbelah tanpa peringatan

Itulah yang tak kuharapkan
Dan itulah kenapa aku di bangunkan dari kematian
Berdiri mematung menatap kalian
Sebagai pengingat kehancuran di masa depan

Bila-bila kalian lupa denganku
Dan bila-bila kalian lupa dengan visiku
Janganlah sampai itu terjadi
Janganlah gersang dan banjir, jadi musibah suatu hari nanti

Deskripsi & Pesan Puisi "Bukan Sekedar Patung"

"Bukan Sekadar Patung" adalah sebuah puisi naratif-filosofis yang menghidupkan monumen Ir. H. Djuanda di Tahura Bandung sebagai naratornya. Puisi ini merenungkan tentang kontradiksi antara kefanaan fisik dan keabadian visi seorang negarawan, yang terus mengawasi perubahan alam dan perilaku manusia selama 40 tahun dan 80 musim. Dengan suara Patung Ir. H. Djuanda, puisi ini menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam, serta sebuah peringatan tentang konsekuensi jika manusia melupakan kearifan dalam mengelola bumi.

Tentang Penulis dan Puisi "Bukan Sekedar Patung"

Penulis: Angga Nur Salim
Dibuat pada: Senin 30 juni 2025, kota Bandung, pukul 10:59
Genre puisi: Naratif-Filsafat Konservasi
Baca karya lainnya di: https://keinginantulis27.blogspot.com/2025/06/puisi-0-1.html

Gambar dibuat oleh AI
#PuisiNaratif #FilsafatAlam #Konservasi #IrHDjuanda #TahuraDjuanda #Bandung #PuisiLingkungan #WaktuDanAlam #MaknaKehidupan #MonumenBisu

Komentar

Postingan Populer