Mana yang Benar?
Dipecuti pagi
Diteriaki siang hari
Demi upah buruh
Dan demi tanaman tuan bos, yang berbuah
Terdengar satir
Tapi ini fakta yang getir
Tak kala jongos memeras keringat hari minggu
Tak lupa tuan bos, berbelanja di senin yang meminggu
Sakit pun perlu izin
Susah, ya susahmu sendiri
Siapa yang peduli, pada jongos yang bisa di ganti
Siapa peduli, pada jongos yang tak bisa diharapkan
Teruntuk yang terkutuk
Teruntuk monyet beruk
Setan memang mebisik-bisikkan hal jahat
Siapapun tau, tapi tak benar jika kau bertindak jahat
Dan teruntuk korban
Dalang dari kesedihan
Dan dari semua kemungkinan yang mungkin
Dapatkah kamu pikirkan...
Darimana ini datang?
Apakah diri yang usang?
Atau lingkungan, yang tak butuh sampah yang dibuang?
Dan kalau kamu menggeleng, lalu sekarang...
Apakah kamu memang layak di buang?
Deskripsi dan Pesan Puisi "Mana yang Benar?"
Puisi "Mana yang benar?" adalah kritik sosial yang tajam dan jujur yang secara lugas menggambarkan penderitaan serta dehumanisasi kaum pekerja di bawah sistem yang eksploitatif. Melalui gambaran realitas pahit dan pertanyaan introspektif yang menusuk, puisi ini tidak hanya menyoroti ketiadaan empati dan nilai kemanusiaan, tetapi juga menantang pembaca untuk merenungkan sumber ketidakadilan dan tanggung jawab kolektif dalam menghadapi penindasan.
Genre Puisi: Kritik Sosial / Puisi Kontemporer
#PuisiKritikSosial #Ketidakadilanb#EksploitasiKerjab#PuisiIndonesia #RealitasSosial #HakBuruh #Antipenindasan #SastraKontemporer #PesanMoral #RenunganHidup
Komentar
Posting Komentar