Menjadi Bangkai Tikus
 |
Gambar dibuat oleh AI Puisi "Menjadi Bangkai Tikus" |
Bara dalam tangan menguat
Membakar dan meretak'kan gigi-gigi yang sudah tua
Dari pelipisnya tergurat, amarah yang kuat
Dada dan kuku jarinya telah terbakar api yang membara
Api dalam tubuhnya lalu bertanya...
"Bagaimana?..."
"Bagaimana dia bisa! Berlaku seperti air yang tak peduli!"
"Padahal aku, telah terbakar api"
Antara api dan air, tipis perbedaanya
Aku peduli sementara kau tidak
Aku menangis, engkau buat kebijakan durjana
Kau bahagia, sementara aku jadi tikus mati, yang berdiri tegak
Teganya kau...
Durjananya kau...
Kau pilih ketenaran, tuk berkelanjutan hidup di atas awan
Kau manfaatkan orang bodoh, dan memilih berkawan dengan setan
Darah dan daging telah kau gadaikan
Tuk melumat semua kebaikan yang akan kau dapatkan
Semua telah kau dapatkan...
Kekuatan untuk menunjuk awan
Kekuatan untuk menekukkan kebenaran
Tapi...
Apalah aku ini...
Hanya seonggok bangkai tikus yang berdiri tegak
Tak punya suara, kecuali suara hina, dari pekikan burung gagak
Apiku membara, tapi kian memadam
Bukan tak suka lagi dengan keadilan
Namun aku lelah melihat kebejadan
Dan aku lelah jadi bangkai tikus yang berdiri semalaman
Aku lelah melihat ketidak adilan
Apiku akan menyala, tapi akan memadam
Bukan karena bosan!
Tapi telah dijemput kematian...
Menjadi bangkai sesungguhnya...
Bangkai tikus, yang berbaring seharian
Deskripsi Puisi dan Pesan Puisi "Menjadi Bangkai Tikus"
"Menjadi Bangkai Tikus" adalah sebuah monolog internal yang mencekam, mengisahkan perjalanan emosional seseorang yang terluka dalam menghadapi ketidakadilan dan pengkhianatan. Dimulai dengan bara amarah yang membakar, puisi ini secara bertahap mengungkapkan keputusasaan dan kelelahan mendalam akibat perjuangan yang tak kunjung usai. Melalui metafora yang tajam tentang "api" dan "bangkai tikus", puisi ini merenungkan tentang kehilangan harapan, harga diri yang terkoyak, dan pahitnya menyerah pada realita yang kejam, di mana kebenaran dapat dibengkokkan demi kekuasaan.
Puisi ini menyuarakan kepedihan dan kelelahan jiwa yang terus-menerus berhadapan dengan ketidakadilan. Pesan utamanya adalah bahwa meskipun semangat perjuangan bisa membara kuat, realitas kebejatan dan kekuasaan sering kali terlalu besar untuk dilawan sendirian, hingga dapat memadamkan api keadilan dan mendorong seseorang pada kepasrahan total. Ini adalah refleksi pahit tentang bagaimana harapan dan idealisme bisa runtuh di hadapan sistem yang korup.
Tentang Penulis dan Puisi "Menjadi Bangkai Tikus"
Penulis: Angga Nur Salim
Dibuat pada: Senin 23 Juni 2025, kota Bandung, pukul 07:34
Genre Puisi: Puisi Naratif, Drama, Thriller Psikologis
Baca karya lainnya di: https://keinginantulis27.blogspot.com/2025/06/puisi-awan-yang-menua.html
Gambar dibuat oleh AI
#PuisiIndonesia, #MonologPuisi, #PuisiEmosional, #KeadilanSosial, #PergulatanBatin, #Kekecewaan, #PuisiThriller, #MaknaKehidupan, #BangkaiTikus, #SastraIndonesia
Komentar
Posting Komentar