Berlari seperti kuda, aku terus mencari kata
Bingung dengan fakta, apa yang harus kurangkai
Kasur memang tak senyaman ubin lantai, itu fakta
Dingin sedingin es, itu dusta
Hiperbola ada di kalimat terakhir, itu contohnya
Lukisan kuda berlari itu majasnya
Bagaikan sebuah debu, majas selalu jadi masalah
Majas bisa dari manapun, tapi penerapannya bikin masalah
Lihatlah jendela puisi ini
Dua baris akhir, akupun tak tahu apa isinya
Tapi yasudahlah, apapun bisa dijadikan puisi
Jadi, ini adalah puisi meracauku yang lainnya
Sebelumku meracau yang lain, izinkan kukenalkan
"Cinta Sekecil Mikroba" puisiku yang lain
Ngomong-ngomog soal ngomong
Aku ingin meracau soal ngomong
Berfikir soal ngomong, terkadang bendapun bisa ngomong
Film "Toy Story" sebagai bandingan
Mainan yang ngomong, yang aku yakin mereka sungguhan
Kamu kira aku lagi mabuk ng?
Coba kamu tanya pada tukang patung
Pasti mereka setuju, barang bisa ngomong
Coba bayangkan botol berwarna putih dengan gambar wanita
Apa yang kamu bayangkan?
Kalau kamu terbayang produk kecantikan atau lainnya
Itu tandanya barang bisa ngomong
Dan tandanya...
Kamu gila! Ahahaha
Irama hutan dihiasi burung berkicau
Diantaranya ada si pengacau
Maafkan aku yang telah membuatmu membaca ini
Aku pamit assalamualaikum.
Bentang Puisi "Meracau"
Deskripsi Puisi "Meracau"
Puisi ini adalah sebuah renungan meta-puisi yang unik, di mana sang penulis, Angga, secara jujur mengungkapkan proses kreatifnya yang acak dan terkadang "meracau". Dimulai dengan perburuan kata dan pertimbangan majas, puisi ini kemudian melenceng menjadi eksplorasi absurd tentang benda mati yang bisa "berbicara", diselingi humor dan pengakuan diri yang jujur, seolah mengajak pembaca masuk ke dalam labirin pikirannya yang spontan.
Isi Salam dari Puisi "Meracau"
Pesan Puisi "Meracau"
Puisi "Meracau" ingin menyampaikan pesan tentang kebebasan dan spontanitas dalam proses kreatif. Angga, si penulis menunjukkan bahwa seni, khususnya puisi, tidak selalu harus terikat pada aturan kaku atau tujuan yang jelas. Terkadang, ide-ide terbaik (atau setidaknya yang paling menghibur dan jujur) bisa muncul dari "racauan" atau eksplorasi pikiran yang tak terduga. Pesan humor dan otentisitas juga tersirat, mengajak pembaca untuk tidak terlalu serius dalam mengartikan setiap baris, melainkan menikmati perjalanan pikiran penulis yang unik dan kadang nyeleneh. Puisi ini juga bisa diartikan sebagai ajakan untuk tidak takut bereksperimen dan menemukan "suara" dalam hal-hal tak terduga, bahkan pada benda mati sekalipun.
Kunjungi: Keinginantulis27.blogspot.com
#PuisiBebas, #PuisiReceh, #KaryaSastra, #MenulisPuisi, #PuisiRandom, #SajakBebas, #PenulisIndonesia, #CoretanHati, #HumorPuisi, #PuisiLucu
Komentar
Posting Komentar