Peluru yang Tersesat
 |
Gambar dibuat oleh AI Puisi "Peluru yang Tersesat"
|
Para profesor dan cendikia, selalu berangan menembak masa lalu
Sampai, kalimat sampai, sampai sesungguhnya
Sampai semuanya besuka cita, termasuk baju-baju mereka
Yang pada akhirnya, kalimat sampai melekat pada peluru waktu
Pelurunya melesat, memecah sampai
Sampai pada masa, dimana bahasa
Setara dengan berlian yang istimewa
Pelurupun takjub, dengan keselarasan alam dan manusia yang asri
Kesiur burung berkicau, menggores pelan selongsong badan peluru
Udara yang segar, tak pernah menghambat laju peluru
Bubuk-bubuk mesiu bernyanyi, seolah jika ditanaman benih
Maka akan tumbuh, bungan merah yang indah
Terus melesat lurus
Peluru sampai diantara langit dan bumi yang menangis
Sesama peluru saling berteriak membunuh
Membuat si peluru, ingin cepat-cepat pergi menjauh
Masuk kembali dalam masa yang tentram dan indah
Peluru sampai kembali lagi, pada kalimat yang jemuh
Dimana kebaikan dan keburukan telah menjadi basah, karena airnya yang jemuh
Padahal para cendikia, hanya ingin mencari rumah
Diantara masalalu yang teduh dan perih
Dalam kisah-kisah sejarah yang telah basah
Karena kisah sedih
Yang sudah-sudah
Deskripsi Puisi dan Pesan Puisi "Peluru yang Tersesat"
Puisi "Peluru yang Tersesat" menggambarkan ironi pencarian kebaikan dan keindahan masa lalu yang dilakukan oleh para cendekiawan. Awalnya, peluru waktu digambarkan sebagai alat untuk mencapai masa lalu yang ideal, di mana bahasa dihargai setara berlian dan alam hidup harmonis dengan manusia. Namun, perjalanan peluru ini justru membawanya kembali ke realitas pahit, di mana kebaikan dan keburukan bercampur aduk dalam kejenuhan, jauh dari impian "rumah" yang dicari. Pesan inti puisi ini menyoroti bahwa upaya untuk kembali ke masa lalu yang sempurna seringkali menemui kenyataan yang tak sesuai harapan, dan bahwa sejarah, dengan segala duka dan kepedihannya, selalu membayangi. Puisi ini seolah ingin mengatakan bahwa masa lalu tidak selalu seindah yang dibayangkan, dan terkadang, ia membawa kita pada kenyataan pahit yang ingin kita hindari.
Tentang Penulis dan Karya Puisi selain "Peluru yang Tersesat"
Penulis: Angga Nur Salim
Dibuat pada: 20 Juni 2025
Baca karya lainnya di: https://keinginantulis27.blogspot.com/2025/06/puisi-aku-atau-aku.html
Gambar dibuat oleh AI
#PuisiIndonesia #Sastra #MaknaHidup #Filosofi #MasaLalu #PerjalananWaktu #Renungan #Kebaikan #Kebenaran #PuisiDalam
Komentar
Posting Komentar