Langsung ke konten utama

Unggulan

Puisi "Tanda Telunjuk"

 Tanda Telunjuk Menulis, bukanlah sebuah paksaan Tapi, hidup memaksa manusia mengikuti aturan Sehebat, apapun telunjuk kekuasaan tetap menunjuk Kebangkitan, dan kematian menjadi petunjuk Telunjuk-telunjuk, hiudup dalam 2 tekanan Telunjuk, penguasa dan kekuasaan Perintah, memiliki kekuatan yang bisa memaksakan Penguasa, selalu tak suka perintahnya dipatahkan Telunjuk-telunjuk, memiliki kesamaan Tetapi, beda dalam artian Perintah, telunjuk ilahi yang Disucikan Kuat, dalam perintah bagai kepercayaan Cara Baca Puisi "Tanda Telunjuk" Untuk meningkatkan sensai membaca puisi ini, coba geser tanda koma dengan aturan berikut: 1. Setiap bait memiliki baris yang dihitung dari 1 dampai empat 2. Geser tanda koma sesuai baris dimana tanda koma itu berada ke dalam nomor kata yang sama nomor baris, contoh: bila tanda koma berada di baris kedua, maka geser tanda koma ke kata nomor 2. Penulis Puisi "Tanda Telunjuk" Nama: Angga Nur Salim Dibuat pada: Rabus, 23 Juli 2025, kota Bandung,...

Cerpen "Ular Tenda"

 Ular Tenda

Gambar dibuat oleh AI
Cerpen "Ular Tenda"

    Selalu tak ingin menjauh, adalah definisi cinta gila yang asli. Rendi dan Amanda, sepasang kekasih di pucuk bukit yang terjal, mereka sedang memadu kasih di dalam sebuah tenda biru yang tua.
    Ujung bibir Rendi tak henti-henti turun dari bayangan masa depannya dengan Amanda. "Sayang?" Tanya Amanda lembut, pipinya lucu yang seperti bapau putih dan bibir kecil merah merona, menyadarkan Rendi bahwa ini bukan mimpi, ini nyata. Bidadari ada di hadapannya.
"Ya?" Mata Rendi terpikat pipi kiri Amanda seolah berkata 'boleh aku mencicipinya?'
"Kamu kenapa ih, ngelamun terus?"
"Ya, engga apa-apa... engga apa-apa"
"Katanya mau makan" bibir merah Amanda melengkung menciptakan kerut imut yang membuat Rendi berkata 'gemas' di dalam hati
"Ah iya iya, tunggu aku buat dulu"
    Suasana di luar tenda sedang hujan, membuat udara pegunungan lebih dingin dari biasanya. Di saat Rendi sedang mengaduk mie instan di dalam panci kecil di atas kompor portable, senyum Rendi terus berkembang "apakah tuhan sudah memberikan izin?" Bisiknya dalam hati dengan tangan mengaduk otomatis mie yang mendidih ke kiri. Dalam pikiran Rendi, ini seperti simulasi berumah tangga, bersama Amanda di dalam satu atap, yaitu atap tenda. Pikiran simulasi rumah tangga dalam benaknya, menarik sesuatu yang tertidur, tangannya mulai terasa dingin, namun dadanya terasa panas berdegub kencang.
"Masih lama?" Protes Amanda di dalam tenda, suaranya yang sedikt melengkin selalu membuat Rendi rindu
"Bentar lagi".
    Bibir yang berkembang tak bisa meredup, membuat gigi-gigi depannya terbit tanpa izin sampai ia sadar ada seorang lelaki di sebrang tenda memperhatikan. Rendi melihat ke arahnya yang di balas lelaki itu dengan anggukan kecil, seolah berkata 'sehat bro?' Rendi yang kepalang malu langsung menuangkan mie yang udaranya mengepul ke udara.
    "Ini sayang" kata Rendi, tapi dalam hatinya 'ini istriku.' Amanda wanita cantik yang lembut dan rapuh menurut Rendi menyambut dua mangkuk mie yang berasap.
Amanda langsung menyantap lahap mienya sementara Rendi...
"Srrppp"
"Srrpppp"
Rendi tak juga menyantap mienya
Bibir Amanda yang basah berminyak saat menyeruput mie begitu menghipnotis Rendi
"Sayang? Kenapa kamu ngelamun terus"
"Ah iya... iya aku makan hehe"
    Makan sudah, mengobrol sampai membuat menit dan detik beranjak cepat juga sudah, sekarang bagian yang dinanti Rendi dari 'simulasi rumah tangga' ini.
"Sayang kamu mau tidur dimana?"
Kalimat itu benar-benar membangunkan sesuatu yang sudah ia tahan sejak memasak mie tadi
"Eehh... ee itu gimana ya" kata Rendi sambil dengan sengaja menggaruk kepala yang tak mungkin gatal, karena ia botak "kayanya aku bakal tidur di sini" nada gugup sudah tak bisa ia bendung lagi di kalimat terakhir
"Ih kenapa?" Mata Amanda yang biasanya kecil kini sedikit membesar
"Ya, karena tendanya satu"
"Eeghh kan aku udah bulang tadi, sewa tenda di bawah"
"Yaa mau gimana lagi, udah terlanjur naik"
"Yaudah kamu tidur di luar"
"Kok di luar sih sayang?" Bahu Rendi tersentak, ia tak memperhitungkan sekenario ini akan terjadi
"Ya terus gimana, aku engga mau tidur sama kamu"
"Kok kamu gitu sih ngomongnya?"
    Saling bantah sudah tak terelakkan, tapi pada akhirnya Rendi berhasil mengendalikan situasi. Amanda akhirnya mau tidur bersamanya di bawah atap tenda.
    Ruangan tenda yang biru tua senyap, cahaya langit yang tembus ke dalam tenda terasa memikat dan menarik sesuatu yang sudah keluar sejak dari perdebatan 'Rendi tidur dimana?'. Amanda memakai jaket putih, punggungnya wangi, dan ada rasa-rasa di tangan Rendi untuk menyentuhnya, tapi itu hanya di tangan kirinya saja, karena tangan kanannya sedang sibuk berbisik di balik celana.

(Bersambung)

Tentang Penulis dan Cerpen "Ular Tenda"
Penulis: Angga Nur Salim
Dibuat pada: Jum'at 4 juli 2025, kota Bandung, pukul 10:13
Baca karya lainnya di: https://keinginantulis27.blogspot.com/2025/05/cerpen-andai-aku-jadi-kucing.html

Gambar dibuat oleh AI
#CerpenIndonesia #CeritaPendek #FiksiCinta #KisahRomantis #HubunganAsmara #RomansaMisteri #PengalamanCamping #KisahMalam #MembacaYuk #SastraIndonesia

Komentar

Postingan Populer